![]() |
Doc kpu jbr |
Bandung Media Suara Naional .-
KOHATI (Korps HMI-Wati) Badko HMI Jabar wajib
membantu KPU melakukan sosalisasi Pilgub Jabar 2018 terhadap 12 segmen
sasaran sosialisasi khususnya bagi kelompok pemilih pemula. Apalagi
keluarga besar KOHATI pada umumnya merupakan pemilih muda, sehingga bisa
mengajak dengan bahasa yang mudah dipahami orang seusianya. Demikian
antara lain dikemukakan Komisioner KPU Jabar, Endun Abdul Haq pada acara
dialog kepemiluan dalam rangka sosialisasi Pilgub Jabar keluarga besar
KOHATI di Gedung KNPI, Jl. Sukarno-Hatta Bandung (4/4).
Menurut
Endun, pemilih pemula perlu pendekatan khusus dengan bahasa khas pula.
"Di sinlah pentingnya peran KOHATI karena dengan karaker dan jiwa
mudanya cenderung lebih mudah melakukan pendekatan kepada pemilih
pemula," katanya sambil menambahkan bawa pemilih pemula biasanya
bersifat kritis dan belum punya pilihan politik.
"Sebagai
senior di HMI, saya minta KOHATI berperan dalam Pilgub Jabar, termasuk
membantu meningkatkan partisipasi pemilih pemula," ungkap Endun.
Sebelumnya
Ketua Panitia Dialog,Ayunda Fauziah, menyebut dialog bertema "Peran
Perempuan : Sosialisasi dan Teropong Demokrasi Politik di Jawa Barat
2018". Kegiatan itu dihadiri seratus kader KOHATI Kabupaten/Kota se-Jawa
Barat. Ayunda berharap pilkada 2018 bersifat aspiratif, berkualitas, dan bertanggung jawab.
"Kaum
perempuan perlu terlibat secara aktif. Gunakan hak suara dan dengan
amanah pula. Dengan demikian kaum perempuan tidak hanya ikut-ikutan
tetapi memilih secara cerdas," tegasnya. Sementara itu, Komisioner KPU Jabar Divisi Sosialisasi dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, Nina Yuningsih menjelaskan, tingkat partisipasi
pemilih pada Pilgub Jabar 2013 hanya 63 persen. "Betapa besar angka
pemilih atau sekitar 37 persen yang tidak memilih atau golput, meski
sebenarnya KPU tidak mengenal istilah golput karena istilah resminya
adalah tidak menggunakan hak pilih," sebut Nina.
Angka
yang tidak memilih, menurutnya, bisa lebih besar dibanding raihan angka
pemenang. "Oleh karena itu semua pemilih harus menyempatkan diri
mencoblos di TPS. Kalaupun para calon pemimpin dinilai tidak memadai,
maka pilihlah salah satu di antara mereka yang terbaik," sebut Nina.
Ia
juga mengingatkan keluarga besar KOHATI menjauhi praktik money politic,
karena penerima dan pemberi sama-sama bisa dikenai sanksi pidana.
"Jauhi stigma : moal nyoblos mun teu aya artos (tidak akan mencoblos kalau tidak ada uang)," tegasnya. Oleh
karena itu perlu pendidikan politik agar tidak terjadi demokrasi
transaksional. "Jadilah pemlih cerdas, yakni memahami hakikat pemilu,
menyadari arti penting pemilu, kenali calon, pastikan memilih dengan
sah, dan awasi kinerja calon setelah terpilih," pungkasnya. ( KPU Jabar / MSN )
No comments:
Post a Comment