Sorong, Swaranasionalpos.com - Anton Sagrim, seorang anak Papua lahir
disalah satu desa terpencil di Kecamatan Ayamaru Selatan, tepatnya di desa Koma
Koma. Desa Koma-koma saat itu desa tertinggal sulit dijangkau di masa itu.
Jalan
setapak dia lalui hari lepas hari, dengan dikelilingi pepohonan yang sangat
rimbun karena pada saat itu pembangunan di Papua khususnya di Kabupaten Sorong
Selatan, Maibrat dan Tambraw dan Kabupaten lainnya belum tersentuh namanya
pembangunan.
Masa-masa
itu, masa peralihan atau lebih dengan bahasa pemerintahannya, pembebasan Irian
Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi, begitu Anton Sagrim bernostalgia kepada wartawan
Koran ini saat di sambangi di ruang kerjanya belum lama ini.
Sosok
sederhana dan humanis selalu melekat pada dirinya, membuat wartawan Koran ini
penasaran ingin lebih mengetahui, apakah seorang Anton Sagrim orang yang
humanis buat keluarga, pegawai di Dinas yang pimpin sekarang termasuk kepada
masyarakat Papua pada umumnya.
Wartawan
Koran ini mencoba bertanya kepada beberapa pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota
Sorong, perihal sifat kepribadian sang Kepala Dinas. Hampir serentak terdengar
mengatakan Anton Sagrim merupakan sosok lembut dan selalu memperhatikan keluhan
pegawainya serta pintar mencari solusi tanpa mengorbankan yang lain.
“Beliau
sosok pemimpin yang bijak dalam menyelesaikan masalah, apalagi di Dinas Tenaga
Kerja ini, iya tugasnya memang selalu menyelesaikan masalah”, ujar beberapa
pegawai di Dinas tersebut.
Sekalipun
pada masa pergolakan pembebasan Irian Jaya Barat sangat kencang bahkan
mencekam, bapak dari 4 anak ini tidak menyurutkan langkahnya untuk menuntut
ilmu sekalipun hanya berjalan kaki beberapa puluh kilo meter menuju sekolah.
Buat dia (Sagrim-red), pendidikan merupakan harta yang paling berharga yang di
berikan Tuhan kepadanya, walaupun dengan segala keterbatasan hanya bermodalkan
kegigihan dan kesabaran.
“Kemiskinanlah
yang memotifasi dirinya sehingga bisa menduduki jabatan Kepala Dinas Tenaga
Kerja (Kadisnaker) saat ini”.
Buat
Sagrim, jabatan merupakan berkat/hasil dari segala perjuangan, juga tidak luput
dari doa para keluarga. Materi tidak segala galanya, ujar Sagrim. Kadang kadang
factor materi, seseorang bisa lupa diri sehingga pola perilaku kadang kurang
disukai orang disekelilingnya. Justru keberhasilan tidak hanya ditopang oleh
materi (uang).
Tuhan
telah merencanakan yang terbaik buat umatnya, hanya tergantung, bagaimana
manusia itu mengisi hari-hari hidupnya. Justru hidup itu adalah Anugrah dan
pengabdian itu adalah pertanggung jawaban. Sehingga kita diperhadapkan dengan
garis tangan, campur tangan dan tanda tangan. Bagaimana kita mengetahui garis
tangan dan bagaimana kita merasakan campur tangan serta bangaimana kita
mempergunakan tanda tangan, ujar sang Kadis dengan nada bertanya.
Terlihat
sesekali sifat ketokohan Sagrim muncul saat bercerita membahas tentang pola
perpolitikan di negeri ini yang sungguh sangat runyam tanpa ada lagi rasa kasih
dan etika berpolitik yang bersifat demokratis. Salah satu tokoh suku Ayamaru
ini menjelaskan sekaligus membahas perpolitikan yang terjadi di negeri ini,
mulai dari pilkada DKI sampai pilkada di daerah. Sungguh miris mengingat Anton
Sagrim juga pernah menduduki jabatan ketua AMPI di salah satu distrik yaitu di
Morait.
Menyangkut
sejarah pendidikan di desa tempat lahirnya, Anton Sagrim, di tahun 1964-1966
masa penyerahan Irian Jaya Barat kepangkuan Ibu Pertiwi, guru guru dikirim dari
pulau Jawa, tenaga pendidik tersebut di namai Paspos alias guru sukarelawan.
Dan pada masa itu terjadilah peralihan alat tulis dari kalam batu menjadi buku
tulis. Sehingga pada masa itu terjadi perubahan yang sangat tidak dibayangkan
sebelumnya, era modern telah sampai di Papua. Segala biaya pendidikan di
tanggung oleh Negara.
Ayamaru
Selatan, terbagi menjadi dua negeri yaiyu, negeri Koma Koma dan negeri Sunyam.
Di negeri Koma Koma Anton Sagrim mengecap pendidikan SDN (Sekolah Dasar) Negeri
tamat tahun 1974, tahun 1977 tamat dari SMPN Ayamaru, namun guru yang memberi
pelajaran tetap guru dari SDN Koma Koma. Tahun 1981 sang kadis tamat dari
SMA-Al Amin yang nota bene ujiannya disamakan dengan SMAN dengan predikat Empat
Besar. Kepuasan akan pendidikan dari seorang Sagrim tidak berhenti, haus akan
pendidikan merupakan motto hidup dari seorang anak desa ini.beliau juga
melanjutkan jenjang pendidikannya sampai mendapat gelar Sarjana Administrasi
(S1) tahun 1987 dari salah satu perguruan tinggi negeri tertua di Papua yaitu
UNCEN (Universitas Cendrawasih).
Jenjang
Karir , yang pertama saya diangkat tahun 1993 dapat SK PNS di Morait , jadi
karir saya dimulai Kaur Pemerintahan di distrik Morait Tahun 1995. Saya juga terpilih menjadi ketua
AMPI distrik Morait, kemudian saya menjadi ketua Koperasi di Morait. Tahun 1997
saya dipindahkan ke Kabupaten Sorong dan ditempatkan di KOTIF. Tahun 1997 saya
dilantik menjadi Kaur Hukum. Tahun
1998-1999 perubahan status Kotif menjadi Kodya.
Tahun 1999 saya dilantik menjadi Kaur Tata Usaha di Dinas PU, kalau
sekarang seketaris. Pada waktu itu tidak tahu darimana datang nota itu, saya
rasanya seperti bermimpi. Dari Kantor Walikota antar SK baru , tiba-tiba saya
dipanggil di Kepegawaian, saya disambut kata,” bapak punya nasib baik, bapak
dapat nota jadi Kaur TU di Dinas PU”. Saya tidak pernah bermimpi tentang PU,
saya mulai beranjak dari situ. Sepuluh tahun saya di Dinas PU bersama pak
Siagian, kemudian pejabat kedua adalah pak Amos Kasi. Tahun 2008 saya dapat
nota dari pak Walikota Drs ec. Lambert Djitmau,MM sebagai Kadisnaker, tepatnya
bulan Juli 2008, sampai sekarang saya masih dipercayakan menjadi Kadisnaker,
mungkin sampai saya pensiun.
Saat
saya sepuluh tahun di Dinas PU, saya cukup memahami, menghadapi apa itu
masalah. Pindah di Disnaker saya cukup memahami secara teknis walaupun saya
bukan orang teknis tetapi pengetahuan, pengalaman cukup bagaimana pengadaan,
menyelesaikan proyek dengan senyum, dengan hati yang baik sehingga Tuhan selalu
memberikan berkat kepada saya.
Jadi
saya hanya berpesan kepada adik-adik yang PNS lama akan dialihkan ke ASN yang
baru, kedepan lebih banyak persaingan jadi harus memiliki kemampuan, kualitas,
karakter, punya kepribadian, punya kompetensi, punya wawasan berpikir dan cara
pandang, itulah yang dipercaya. Belajar berprestasi di mata Tuhan, Dimata
pemerintah, dimata masyarakat , akhirnya sembari berpesan. *JA/DS
No comments:
Post a Comment