Kakek Umar penjual buah-buahan di Kota Tasikmalaya |
Kota
Tasikmalaya, Swara Nasional Pos - Usia
renta tak membuat Kakek bernama Umar patah semangat untuk mengais rezeki. Di
usianya yang sudah menginjak 82 tahun itu masih saja menjadi tulang punggung
keluarganya.
Padahal seyogianyanya dalam usia sepuh itu, Umar
seharusnya sedang menikmati
masa hari tuanya bersama dengan sejumlah anak dan cucunya di rumah. Bukan malah
berjualan jalan kaki memanggul keranjang berisi buah-buahan.
Kakek yang berasal dari Kelurahan
Nagarakasih Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya itu mengaku sudah dua tahun
memikul keranjang berisi sejumlah buah-buahan ini. Dengan menelusuri sejumlah
jalan dengan terik mentari.
Meski usianya memang tidak bisa di
bohongi lagi, karena pendengaran dan daya tangkapnya sudah jauh berkurang. Namun
itu semua harus di lakukannya guna untuk menyambangi hidup, walau dengan
kondisi tubuh sudah membungkuk.
“Saya lebih baik berjualan saja ketimbang
harus menjadi pengemis, karena tidak mau kalau harus terus menadahkan tangan
kepada orang lain. Sebab saya masih kuat mencari uang dengan hasil keringat
sendiri,” tuturnya ketika di temui sedang istirahat di Jalan BKR Kota
Tasikmalaya, Selasa (2/5/17).
Menurut Umar, selama ini dirinya tiap
hari berangkat pagi dari rumah naik angkot ataupun berjalan kaki ke pasar, sekedar
untuk membeli sejumlah buah-buahan. Kemudian di jual kembali dengan cara di
pikul berjalan keliling.
Adapun sejumlah buah-buahan yang di
jualnya itu merupakan hasil membeli dari pasar. Kemudian di jualnya dengan
berjalan di pikul keliling kota. Buah-buahan itu terdiri dari buah pear, jeruk,
mangga dan yang lainnya.
Selama ini paling banyak dirinya membeli
ke pasar itu tidak tentu, karena buah yang sudah di belinya tersebut belum
tentu sehari bisa habis. Terkadang sampai dua atau tiga hari baru habis
terjualnya.
Dalam sehari penghasilannya itu juga tidak
menentu. Paling tidak lumayan hanya bisa mendapatkan utuk satu kilo beras saja.
Tapi terkadang ada pembeli yang sengaja memberikan uang lebih.
“Kalau
buah pear ini harga dalam satu kilonya sebesar 30 ribu saja. Tapi alhamdulilah teradang
ada juga pembeli malah mengasih uang sebesar 40 ribu. Mungkin mereka kasihan
melihat saya,” terang Kakek yang selalu membawa timbangan dagangan di keranjangnya
itu.
Kata Umar, dirinya saat ini tinggal
hanya dengan istrinya saja. Sedangkan anak-anaknya kini sudah lama berpisah
karena sudah pada bekerja. Sehingga harus banting tulang untuk bertahan hidup
berdua dengan istrinya.
Umar bercerita awalnya bekerja sebagai
buruh gergaji yang memproduksi kelom geulis. Tapi akhirnya penjualan kelom
tersebut sepi. Sehingga banting setir jadi buruh serabutan sebelum akhirnya
kini menjadi penjual buah keliling.
“Terpenting saya kini bisa mencari
nafkah yang halal bagi istri di rumah. Kalau saya tidak bekerja nanti tidak
bisa makan. Sebagai seorang kepala rumah tangga saya harus bertanggung jawab,” pungkasnya
dengan mengusap keringat yang jatuh bercucuran. (Jefri/Ariska)
No comments:
Post a Comment