MEDIA SUARA NASIONAL

RELEVAN - OBJEKTIF - LUGAS

lightblog

Friday, May 5, 2017

Tidak Mau Jadi Pengemis, Kakek Berusia 82 Tahun Pilih Jalan Kaki Memanggul Jual Buah


Kakek Umar penjual buah-buahan di Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya, Swara Nasional Pos - Usia renta tak membuat Kakek bernama Umar patah semangat untuk mengais rezeki. Di usianya yang sudah menginjak 82 tahun itu masih saja menjadi tulang punggung keluarganya.

Padahal seyogianyanya dalam usia sepuh itu, Umar seharusnya sedang menikmati masa hari tuanya bersama dengan sejumlah anak dan cucunya di rumah. Bukan malah berjualan jalan kaki memanggul keranjang berisi buah-buahan.

Kakek yang berasal dari Kelurahan Nagarakasih Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya itu mengaku sudah dua tahun memikul keranjang berisi sejumlah buah-buahan ini. Dengan menelusuri sejumlah jalan dengan terik mentari.

Meski usianya memang tidak bisa di bohongi lagi, karena pendengaran dan daya tangkapnya sudah jauh berkurang. Namun itu semua harus di lakukannya guna untuk menyambangi hidup, walau dengan kondisi tubuh sudah membungkuk.

“Saya lebih baik berjualan saja ketimbang harus menjadi pengemis, karena tidak mau kalau harus terus menadahkan tangan kepada orang lain. Sebab saya masih kuat mencari uang dengan hasil keringat sendiri,” tuturnya ketika di temui sedang istirahat di Jalan BKR Kota Tasikmalaya, Selasa (2/5/17).

Menurut Umar, selama ini dirinya tiap hari berangkat pagi dari rumah naik angkot ataupun berjalan kaki ke pasar, sekedar untuk membeli sejumlah buah-buahan. Kemudian di jual kembali dengan cara di pikul berjalan keliling. 

Adapun sejumlah buah-buahan yang di jualnya itu merupakan hasil membeli dari pasar. Kemudian di jualnya dengan berjalan di pikul keliling kota. Buah-buahan itu terdiri dari buah pear, jeruk, mangga dan yang lainnya.

Selama ini paling banyak dirinya membeli ke pasar itu tidak tentu, karena buah yang sudah di belinya tersebut belum tentu sehari bisa habis. Terkadang sampai dua atau tiga hari baru habis terjualnya.

Dalam sehari penghasilannya itu juga tidak menentu. Paling tidak lumayan hanya bisa mendapatkan utuk satu kilo beras saja. Tapi terkadang ada pembeli yang sengaja memberikan uang lebih.

 “Kalau buah pear ini harga dalam satu kilonya sebesar 30 ribu saja. Tapi alhamdulilah teradang ada juga pembeli malah mengasih uang sebesar 40 ribu. Mungkin mereka kasihan melihat saya,” terang Kakek yang selalu membawa timbangan dagangan di keranjangnya itu.

Kata Umar, dirinya saat ini tinggal hanya dengan istrinya saja. Sedangkan anak-anaknya kini sudah lama berpisah karena sudah pada bekerja. Sehingga harus banting tulang untuk bertahan hidup berdua dengan istrinya.

Umar bercerita awalnya bekerja sebagai buruh gergaji yang memproduksi kelom geulis. Tapi akhirnya penjualan kelom tersebut sepi. Sehingga banting setir jadi buruh serabutan sebelum akhirnya kini menjadi penjual buah keliling.

“Terpenting saya kini bisa mencari nafkah yang halal bagi istri di rumah. Kalau saya tidak bekerja nanti tidak bisa makan. Sebagai seorang kepala rumah tangga saya harus bertanggung jawab,” pungkasnya dengan mengusap keringat yang jatuh bercucuran. (Jefri/Ariska)

No comments:

Post a Comment