Anggota Komisi VIII DPR RI, Endang Maria Astuti (F-PG)/Foto:Arief/Iw. (c) dpr.go.id |
Jakarta, MSN - Anggota Komisi
VIII DPR RI Endang Maria Astuti menilai pernyataaan Kapolri bahwa Nahdatul
Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua ormas pendiri Bangsa Indonesia, sementara
ormas Islam lainya justru ingin meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), bisa memicu disintegrasi bangsa.
“Boleh
Kapolri menggandeng NU dan Muhamadiyah, tetapi jangan dengan kata-kata ormas
Islam yang lain tidak perlu. Ormas Islam lain juga berkontribusi besar terhadap
kerukunan umat beragama di Indonesia,” ungkap Endang di Gedung DPR RI, Senayan,
Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Ditemui di
sela-sela rapat dengan AILA dan Wanita Hindu Darma dalam rangka menyerap
aspirasi RUU PKS, politisi Golkar ini menyatakan silahkan memberi prioritas perlakuan
kepada dua ormas Islam itu, tapi yang lain juga dirangkul. Mestinya Kapolri
bisa memberdayakan ormas-ormas Islam yang ada sehingga kerukunan umat beragama
bisa terjamin.
“Pernyataan
Pak Tito Karnavian ini justru banyak memicu sakit hati ormas-ormas yang ada.
Mestinya Kapolri melakukan klarifikasi atas pernyataannya sehingga ormas-ormas
yang ada bisa memahami kondisi bangsa ini. NKRI kan harga mati, tidak hanya
menjadi urusan satu atau dua ormas, tetapi tanggungjawab seluruh elemen
bangsa,” tegas anggota Komisi VIII yang membidangi keagamaan ini.
Menurut
Endang, pernyataan Kapolri itu di sampaikan di depan para ulama kemudian viral
dan banyak menanyakan kepadanya serta menyayangkan pernyataan orang nomor satu
korps bayangkara tersebut.
“Harusnya Kapolri
bisa merangkul semua golongan dan membuat sejuk, semua ormas di berdayakan.
Tidak sedikit ormas yang sebetulnya baik, namun karena di pandang sebelah mata,
perbuatan baiknya tidak terlihat. Karena itu bagaimana membangkitkan dan
memunculkan hal-hal baik supaya di jaga dan menjadi lebih baik lagi,” tukasnya.
Intinya, ormas di Indonesia itu banyak,
Syarikat Islam, Mathlaul Anwar, Perti, LDII dan Nahdatul-Wathandan dan banyak
lagi tersebar di beberapa wilayah Indonesia. ”Kita khawatir pernyataan Kapolri
tidak menambah simpati umat Islam, tetapi sebaliknya antipati. Lalu menuding
umat Islam penggerak disintegrasi, anti kemapanan. Itu yang harus di rangkul
sehingga mampu menjaga NKRI dan integrasi bangsa sehingga tak muncul lagi
kelompok-kelompok teroris di Indonesia,” pungkasnya. *(mp/sc) dpr.go.id
No comments:
Post a Comment