SNP, Jakarta - Agus Harimurti
Yudhoyono menghadiri malam refleksi Sumpah Pemuda ke-88 di Wisma Proklamasi,
Jakarta Pusat. Acara itu dalam rangka mengenang semangat pemuda dalam membangun
Indonesia.
Pantauan di lapangan, Kamis
(27/10/2016) Agus Harimurti Yudhoyono yang mengenakan baju batik warna coklat
tiba di Wisma Proklamasi didampingi ketua DPD Demokrat Nachrowi Ramli. Turut
hadir dalam kesempatan itu Wakil Ketua Umum PD Roy Suryo, politisi senior
Demokrat Jafar Hafsah dan Ketua Departemen Pemuda dan Olahraga Munawar Fuad,
serta para tokoh lintas agama dan pemuda.
Acara malam itu warnai dengan
pembacaan ikrar sumpah pemuda dan doa lintas tokoh agama. Suasana khidmat
tampak terlihat ketika acara berlangsung.
"Refleksi adalah konstelasi flashback,
mengingat, paling tidak kalau kita tidak hidup di masa lalu. Mencoba
membayangkan sejarah yang pernah ada. Bersama lintas generasi dan tokoh agama,
tidak hanya lintas kepentingan kita berkumpul. Tetapi malam ini punya
kepentingan satu, malam ini kepentingan satu. Satu tumpah darah dan satu bangsa
dan satu bahasa," ujar Agus saat memberikan sambutan.
Agus menjelaskan bangsa Indonesia
terdiri beragam macam etnis dan suku. Bila tidak ada sumpah pemuda, mungkin
bangsa ini telah terpecah belah.
"Kalau tidak berkomitmen menjaga
sumpah pemuda bangsa ini akan tercerai berai. Bahkan diprediksi seperti Uni
Soviet yang terpecah satu-persatu menjadi negara baru. Tetapi alhamdulillah
kita diingatkan pentingnya persatuan. Negara kita ultra majemuk, super pluraris
tidak terbayangkan kalau kita tidak punya komitmen seperti ini," paparnya.
Agus mengatakan pengalamannya di dunia
militer adalah bekal dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Namun setiap bangsa
ada saja tantangan terjadi disintegrasi bangsa.
"Tidak boleh dipungkiri. Tetapi
kembali kita punya Pancasila yang mempersatukan punya sumpah pemuda menyatukan
kita semua," tuturnya.
Agus mengatakan semangat persatuan dan
kesatuan tentu harus dibawa konteks terkini. Dunia sudah berkembang pesat.
"Namun prinsip yang dipegang
tetap satu, akhir di atas segala RI harus utuh, tidak terjadi disintegrasi
antar anak bangsa. Tentu kita memiliki harapan besar akan tetapi sangat
disayangkan kalau ada berkembang isu memecah belah Indonesia," paparnya.
Agus mengatakan sebagai negara besar
Indonesia harus menjadi contoh toleransi antar masyarakat bagi negara lain.
Perbedaan yang ada tidak harus menjadi penghalang untuk maju ke depan.
"Di mana perbedaan tidak harus
mencegah maju ke depan. Sungguh sangat disayangkan, masih ada benih-benih
perpecahan karena kurang menghargai, kurang menghormati di antara kita. Oleh
karena itu tentu kita ingin lebih hargai perbedaan, tetapi bukan mencari atau
fokus perbedaan yang ada, tetapi fokus energi persamaan, kita ingin bangsa ini
maju sama dengan ibukota kita ini," pungkasnya. (W3)
No comments:
Post a Comment