MEDIA SUARA NASIONAL

RELEVAN - OBJEKTIF - LUGAS

lightblog

Monday, September 26, 2016

PILKADA DKI 2017: Mega, SBY, Prabowo Jangan Jadi ‘Kompor’



JAKARTA – Tiga tokoh nasional punya andil besar dalam Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada DKI Jakarta 2017, sehingga diharapkan mengantarkan Pilkada ke arah lebih baik.

Ketiga tokoh nasional itu adalah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan, mereka diharapkan tidak hanya mengantarkan tiga pasangan ke pencalonan Pilkada DKI 2017, tetapi juga mengantarkan Pilkada ke arah yang lebih baik.

“Sekarang peran mereka itu mau dibawa ke mana Pilkada ini? Semoga bisa menjadikan Pilkada DKI Jakarta menjadi kontestasi politik yang enak dilihat masyarakat,” ungkapnya kepada Bisnis, Minggu(25/9).

Munculnya tiga tokoh politik nasional itu juga dia harapkan bukan malah memanaskan Pilkada DKI ke arah yang negatif, sehingga stabilitas ekonomi dan keamanan tetap terjaga.

Menurut Siti, tiga tokoh tersebut patut diapresiasi dengan mengusung calon gubernur DKI Jakarta yang bukan merupakan kader partainya masing-masing.

Namun, dia menyayangkan proses deklarasi calon yang dilakukan pada menit-menit terakhir masa pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta. Hal tersebut bukan cara berpolitik yang elok untuk dipertontonkan ke masyarakat.

Akan tetapi, tiga calon yang akhirnya akan bertanding guna memimpin Ibu Kota pada 2017-2022 memiliki kelebihan masing-masing yang dapat menjadi modal kuat berkampanye.

Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat sebagai petahana memiliki popularitas di atas pasangan calon lain.

Calon kedua yang dideklarasikan, Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni juga memiliki kelebihan tersendiri. Agus yang berusia muda dengan prestasi gemilang di bidang militer tentu berkesempatan merebut suara kaum muda di Jakarta. Didukung dengan Sylviana yang sudah lama berurusan dengan birokrasi di Jakarta.
Pasangan ketiga yang mendeklarasikan diri, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memiliki kelebihan yang saling melengkapi. Kemampuan akademisi Anies dan pengalamannya di pemerintahan tentu akan menjadi kombinasi yang kuat dengan kemampuan Sandiaga dalam bidang ekonomi.

Siti berharap selama masa kampanye semua calon mempertontonkan adu argumentasi dalam mengkritisi gagasan masing-masing calon, bukan melempar isu yang rawan konflik. Dia mencontohkan para penantang dapat menyerang petahana dengan program-program yang belum direalisasikan.

Petahana pun dapat menjawabnya dengan memberikan argumentasi yang rasional mengenai kinerjanya selama memimpin Jakarta. “Jangan bermain kampanye hitam. Jangan pakai isu yang rawan konflik. Pakai kampanye negatif supaya pendidikan politik kita meningkat,” ujar Siti.

DKI Jakarta, sambungnya, selalu menjadi barometer politik secara nasional. Oleh karena itu, mengawal politik bersih dan mengedepankan demokrasi sehat perlu menjadi pekerjaan rumah ketiga tokoh nasional yang saat ini menjadi petinggi partai tersebut.

Keterlibatan tiga tokoh nasional itu mulai terlihat saat proses penentuan pasangan calon. Satu hari sebelum pendaftaran calon DKI 1 dan DKI 2 ke KPUD DKI Jakarta pada 21-23 September 2016, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengumumkan dukungan partainya kepada Ahok. Ahok dipasangkan dengan kader PDI Perjuangan yang saat ini menjadi wakilnya di Jakarta, yakni Djarot Saiful Hidayat.

Partai yang menolak mendukung Ahok pun mulai melakukan rapat tertutup. Demokrat, PPP, PAN, dan PKB rapat tertutup di Cikeas, Jawa Barat yang diketahui sebagai kediaman SBY.

Adapun Gerindra dan PKS melakukan rapat tertutup di Jalan Kertanegara, Jakarta yang merupakan rumah orang tua Prabowo.

Sangat Dinamis

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan sejauh ini elektabilitas duet petahana masih unggul dibandingkan dengan pasangan calon lain. Selain itu, tingkat kepuasan publik terhadap petahana masih di atas 50%.

Namun, keadaan masih sangat dinamis. Popularitas Ahok dan juga tingkat kepuasan publik terhadap dirinya belum dapat menjadi jaminan dia dapat menjadi pemimpin Ibu Kota dua periode.

Qodari menjelaskan bahwa Anies sudah cukup dikenal publik karena telah menduduki jabatan-jabatan strategis. Hal itu didukung dengan Sandiaga yang telah bergerilya sebagai calon gubernur sejak tahun lalu. Selain itu, mesin politik PKS sebagai partai pengusung juga dapat diandalkan

Adapun  Agus adalah putra dari SBY yang menjadi presiden selama dua periode. Tentu jaringannya terhadap tokoh-tokoh masyarakat sangat luar biasa. Pasangannya, Sylviana juga tidak bisa dianggap remeh. Dia telah lama berada di birokrasi pemerintahan Provinsi Jakarta.
***

No comments:

Post a Comment