MEDIA SUARA NASIONAL

RELEVAN - OBJEKTIF - LUGAS

lightblog

Wednesday, September 14, 2016

Robert Mugabe Dituntut Turun dari Kursi Kepresidenan Zimbabwe

Sejak merdeka pada 18 April 1980 hingga kini, Zimbabwe hanya memiliki satu orang pemimpin. Dari awalnya dipimpin oleh perdana menteri lalu presiden, hanya Robert Mugabe yang berada di pucuk kekuasaan.

Mugabe, 92, berhasil mempertahankan posisinya selama 36 tahun, meski menghadapi berbagai tantangan dan oposisi, tak jarang dengan cara yang brutal.

Presiden tertua di dunia itu kini menghadapi gelombang gerakan baru dari para pemuda yang ingin melihatnya turun takhta. Para pemuda ini tak punya tokoh sentral yang memimpin mereka, namun mereka bisa bersatu lewat media sosial.

"Masa depan kami tengah dihancurkan di negara ini. Dan ini tugas kami untuk membangun kembali masa depan itu," kata Hardlife Mzingu saat kampanye "Tajamuka" yang berarti “kami muak”, kepada CNN, Selasa (13/9).


“Mereka adalah anak-anak muda, dari berbagai ideologi politik, berbagai keyakinan, dan berbagai kelas sosial di negara ini, yang bertemu dan memutuskan untuk memenuhi amanat dari generasi selanjutnya."

Amanat itu, kata dia, adalah untuk menggulingkan Mugabe.

Selama berminggu-minggu mereka telah berhadapan dengan pasukan keamanan Mugabe di jalan-jalan Harare, ibu kota Zimbabwe.

Bersenjatakan ponsel pintar, mereka merekam dan memotret konfrontasi yang terjadi. Ada sebuah video yang merekam seorang pemrotes berbaju merah di tangga gedung pengadilan, mendadak dikepung oleh lima orang polisi huru-hara yang mengelilinginya dan memukulinya.

Video dan gambar kekerasan aparat terhadap sipil, tak terhitung jumlahnya telah disebarluaskan melalui aplikasi Whatsapp, menjadi penggerak aktivis untuk turun ke jalan. Namun untuk memperkuat dan memperluas gerakan, para aktivis juga berusaha menggapai wilayah di luar Harare, di desa-desa yang mayoritas mendukung partai Mugabe, ZANU-PF.

Sementara itu, Selasa kemarin, AFP melansir bahwa kepolisian Zimbabwe telah mengeluarkan larangan berdemonstrasi di Harare. Larangan ini dikeluarkan hanya beberapa jam setelah koalisi oposisi mengumumkan akan menyelenggarakan protes pada Sabtu besok, agar terjadi reformasi sebelum pemilu pada 2018 mendatang.

Membelot

Selain gerakan para demonstran dan oposisi, CNN melansir, terdapat pula geliat di dalam badan keamanan yang mulai membangkang.

“Saya rasa masyarakat tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Zimbabwe, khususnya di dalam institusi pemerintah seperti polisi dan tentara,” kata seorang petugas kepolisian yang tidak disebutkan identitasnya demi keamanan. "Mereka melihat kami di jalan menghajar warga, mereka pikir itu kemauan kami sendiri, padahal tidak.”

Dia menjelaskan, mengikuti perintah semakin berat bagi beberapa petugas kepolisian karena sadar mereka sedang digunakan sebagai alat politik Partai Zanu-PF.

"Kami diinstruksikan oleh atasan untuk tidak memukul pemrotes, tapi ketika berada di lapangan instruksinya berubah," ucapnya.

Instruksi baru itu, kata dia, berisi perintah yang sangat jelas tentang eskalasi kekerasan. "Pada akhirnya kami akan menggunakan amunisi. Mereka membicarakan penggunaan gas air mata, selanjutnya menggunakan binatang seperti anjing dan kuda, hingga pada akhirnya senjata api. Sesuai urutan itu,” ungkap polisi tersebut.

Juru bicara presiden, George Charamba, membantah tuduhan kalau partai Mugabe memerintahkan polisi untuk menyerang pemrotes.

“Bukan itu yang terjadi," jawabnya singkat.

Di sisi lain, banyak hal yang dapat menjadi bahan protes masyarakat zimbabwe. Contoh sederhananya, negara ini kehabisan uang tunai.

Sejak inflasi berlebihan yang terjadi pada 2009, Zimbabwe sangat tergantung terhadap dolar Amerika. Penyebaran uang di masyarakat juga sangat ekstrim.

Setiap harinya antrian panjang memenuhi bank-bank di ibu kota karena warga ingin menarik uang mereka dari bank.

Lembaga Dana Moneter Internasional pun mengatakan tidak akan memberi pinjaman lagi pada Zimbabwe sampai mereka membayar hutang sebelumnya yang berjumlah 1,8 miliar dolar.***

No comments:

Post a Comment